BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Bimbingan dan konseling merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, dan juga bertujuan untuk
membantu siswa mencapai perkembangan secara optimal dengan memakai metode dan
teknik tertentu. Sesuai dengan hal tersebut maka bimbingan dan konseling
diharapkan dilaksanakan oleh tenaga profesional yaitu konselor sekolah yang
mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan dan membantu siswa agar dapat
mengembangkan potensinya secara utuh. Salah satu cara untuk dapat membantu
klien yang mengalami masalah adalah dengan menggunakan studi kasus.
Studi kasus bersifat intensif,
integratif, dan komprehensif untuk mendapatkan data secara valit dan relevan.
Integratif artinya menggunakan berbagai teknik dan metode pengumpulan data,
sedangkan intensif artinya mendalam dan kontinyu, sedangkan komprehensif
artinya data yang dikumpulkan mencakup aspek kepribadian.
Pengumpulan data yang valid, relevan
dan komprehensif tersebut digunakan untuk menentukan jenis kesulitan yang
dialami oleh klien, sumber penyebab masalah dan setelah menentukan jenis
layanan atau bantuan yang akan diberikan. Dengan data integratif dan
komprehensif dimaksudkan agar bantuan yang diberikan kepada klien tersebut
sesuai dengan bantuannya.
Studi kasus merupakan salah satu
bentuk kegiatan pendukung dalam bimbingan konseling yang harus dikuasai oleh
praktikan untuk menyelesaikan masalah siswa. Tujuan diadakannya studi kasus ini
adalah untuk memahami individu yang mempunyai masalah, mengadakan interpretasi
dan diagnosa tingkah laku individu sesuai dengan kasusnya serta menentukan
jalan keluar bagi masalah yang dihadapi. Dengan sstudi kasus diharapkan
praktikan mampu menyelesaikan masalah yang kompleks yang tidak selesai hanya
dengan koneling saja.
Pelaksanaan studi kasus dengan
mengumpulkan data secara lengkap, bersifat rahasia, dikerjakan secara
terus-menerus (intensif), secara ilmiah dan diadakan dengan memperoleh data
dari berbagai pihak (Hayinah, 1992:107).
Tujuan dilaksanakannya studi kasus
adalah: (1) untuk memahami individu yang dianggap bermasalah, (2) untuk
mengadakan interpretasi dan diagnosa tentang tingkah laku individu sesuai
dengan kasusnya, dan (3) untuk menentukan dan menetapkan jenis kesulitan dan
masalah individu. Dari penentuan dan penetapan jenis masalah tersebut, lebih
lanjut akan ditentukan jenis bantuan dan bimbingan yang perlu diberikan
(Partoisastro, 1984).
Studi kasus memberikan kesempatan
kepada praktikan untuk lebih mengenal keadaan lien secara menyeluruh dengan
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Dari data yang terkumpul
dugunakan untuk menentukan jenis kesulitan yang dialami oleh klien dan sumber
penyebab masalah, serta menentukan jenis layanan/bantuan yang sesuai dengan
masalah klien.
Dalam laporan studi kasus ini,
diperoleh pemahaman yang mendalam mengenai diri klien sehingga mempermudah
pemecahan masalah klien sebab idalamnya terdapat menglasifikasikan masalah
sehingga jelas jenis masalah yang dihadapi klien.
B. Konfidensialitas
Laporan ini bersifat rahasia,
maksudnya penggunaan data untuk kepentingan klien, dan tidak digunakan
sembarangan. Jika digunakan untuk kegiatan diskusi untuk menyelesaikan masalah
klien atau untuk kepentingan pengembangan akademik Jurusan Bimbingan Konseling
dan Psikoligi, maka konselor harus tetap meminta persetujuan terlebih dahulu
kepada klien. dengan tujuan agar klien merasa dihargai dan dilindungi secara
aman. Kerahasiaan ini juga membawa maksud untuk menumbuhkan rasa percaya diri
pada klien dan percaya kepada konselor sehingga tercipta suasana hubungan yang
akrab, hangat dan terbuka dengan konselor.
Tanpa bermaksud kasus atau masalah maka dalam penulian
laporan studi kasus ini praktikan sengaja menyamarkan atau memfiktifkan identitas
klien. Hal ini sesuai dengan kode etik jabatan konselor yang berbunyi:
“Catatan-catatan
tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat menyurat,
perekam dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya
boleh digunakan utuk keperluan riset, pendidikan calon konselor asalkan
identitas klien dirahasiakan.”
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
penyusunan laporan studi kasus ini, identitas klien ditulis secara fiktif demi
menjaga kerahasiaan klien.
C. Identifikasi
Kasus
1.
Proses
Menemukan Kasus
Pada awalnya klien datang sendiri
pada praktikan untuk menceritakan masalah yang sedang klien hadapi, klien
meminta bantuan pada praktikan untuk membantu klien dalam memecahkan masalah
klien.
Melihat kekomplekan masalah yang
dihadapi klien maka praktikan memutuskan untuk mengangkatnya menjadi studi
kasus. Praktikan menawarkan bantuan untuk mengatasi masalahnya dan klien
bersedia serta percaya sepenuhnya kepada praktikan. Klien adalah salah satu
siswa binaan praktikan di kelas.
Penetapan kasus ini berdasarkan
hasil observasi, wawancara dengan klien dan analisis berbagai instrumen
pengumpul data pendukung yang lain, maka dapat praktikan simpulkan bahwa klien
menghadapi masalah yang harus segera diselesaikan. Dari data daftar cek
masalah, Sosiometri, Study habbit, dan tes Who am I praktikan menemukan masalah
yang dihadapi oleh klien antara lain masalah belajar, keluarga, hubungan dengan
lawan jenis dan hubungan sosial
2.
Identitas
Kasus
a)
Identitas
Klien
Nama
: Onivia Ludi (Fiktif)
Nama
panggilan
: Oni
Jenis
kelamin
: Perempuan
Tempat
tanggal lahir : Malang 23
Mei 1990
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kertanegara 2 Malang
Cita-cita
: Menjadi orang sukses
Hobi
: Jalan-jalan.
b)
Keadaan
Jasmani
Tinggi
badan
: 150 cm
Berat badan
: 46 Kg
Warna
kulit
: Kuning langsat.
Warna
rambut
: Hitam
Bentuk
muka
: Oval
c)
Riwayat
Pendidikan
No
|
Tingkat
|
Sekolah
|
Lamanya
|
1
|
SD
|
SD Citra bunda Batu
|
6 Th
|
2
|
SMP
|
SMPN 1 Batu
|
3 Th
|
3
|
SMA
|
SMAN 3 Malang
|
2 Th
|
d)
Keadaan
Kesehatan
Penglihatan
: Normal/Tidak ada gangguan
Pendengaran
: Normal/Tidak ada gangguan
Pembicaraan
: Normal/Tidak ada gangguan
Penyakit
yang dialami : Pusing
e)
Keadaan
Keluarga
AYAH
Nama
: Sulianto (fiktif)
Pekerjaan
: Wirausaha
Agama
: Islam
Alamat
: Punten, Batu.
IBU
Nama\
: Syakila (fiktif)
Pekerjaan
: Guru.
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Terusan Agus Salim, Batu.
f)
Susunan
Keluarga
Jumlah saudara
: 2 Bersaudara
Anak
ke
: 2 dari 2 bersaudara
3. Gambaran
Keunikan Kasus
a) Penampilan
Fisik
Klien adalah seorang siswi dengan
ciri-ciri fisik tubuh agak tinggi dengan warna kuning langsat, bentuk wajah
oval. Rambut klien panjang bergelombang dengan warna hitam dan sering
terurai. Dalam berseragam klien selalu memasukkan bajunya dan selalu
memakai ikat pinggang selain itu juga klien memakai sepatu hitam polos dengan
kaos kaki puyih untuk hari Senin sanpai dengan kamis dan kaos kaki hitam untuk
hari Jum’at dan hari Sabtu. Dari cara klien berpakaian dapat dikatakan bahwa
klien dalam berpakaian sangat rapi dan sesuai dengan cara berpakaian yang telah
ditetapkan oleh sekolah. Klien juga senang sekali memakai asesoris seperti
gelang, kalung, serta cincin.
b) Penampilan
Psikis
Pada saat awal praktikan masuk
kelas, praktikan melihat klien tergolong anak yang ceria, klien suka sekali
tertawa ketika ada hal-hal yang dirasanya lucu. Klien tergolong anak yang
gampang bergaul dan sangat terbuka dengan temannya. Dikelas klien juga sangat
antusias pada pelajaran, hal ini terbukti saat praktikan masuk kelas klien
untuk memberikan materi, klien selalu mengikuti dengan seksama.
Akan tetapi setelah beberapa kali
praktikan masuk kelas sikap klien yang ceria berubah menjadi pemurung. Klien sering
menaruh kepalanya di meja, selain itu juga klien kurang memperhatikan
pelajaran. Klien sering sekali mendesah dan kurang bersemangat untuk mengikuti
pelajaran.
Klien terlihat sangat dekat
dengan kedua teman bangkunya hal ini terlihat hampir setiap klien bertemu
dengan praktikan selalu bersama kedua teman bangkunya tersebut. Selain itu
klien juga termasuk anak yang manja, klien selalu meminta pertolongan pada
teman-temannya untuk melakukan sesuatu.
BAB II
GEJALA DAN PEMILIHAN KASUS
A.
Gejala
Gejala merupakan penjelasan tingkah
laku yang tampak (overt) dan tidak tampak (Covert) serta keterangan lain yang
memperkuat teridentifikasinya kasus. Masalah-masalah tersebut dapat berupa
pendapat ahli atau berdasarkan pada munculnya kesenjangan antara tujuan dan
kemampuan dari individu. Berdasarkan hasil wawancara, Daftar Cek Masalah (DCM),
Study habbit, tes who am I, klien menunjukkan gejala tingkah laku bermasalah,
adapun gejala-gejala yang tampak sebagai berikut
1. Klien sering
mengatakan bahwa klien malas untuk berangkat sekolah.
2. Dan lain
sebagainya (silahkan di sesuaikan dengan kondisi klien anda)
B.
Alasan
Pemilihan Kasus
(INI HANYA SEKEDAR CONTOH, SILAHKAN ANDA
SESUAIKAN DENGAN KONDISI KLIEN ANDA!!!!)
Berdasarkan gejala-gejala awal yang tampak
yakni nilai hasil ujian klien yang banyak dibawah standar nilai sekolah
sehingga klien banyak mengikuti remidi, klien hanya belajar jika keesokan
harinya ada ujian, klien sering tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, klien
tidak memiliki waktu belajar yang terjadwal, selain itu klien tidak tinggal
bersama orang tuanya dan klien saat inisedang bingung dengan keputussan yang
ibu klien tentukan untuk klien. Disamping itu klien akhir-akhir ini merasa
tidak nyaman untuk bertemu dengan mantan pacarnya dan teman-temannya sehingga
klien malas untuk keluar kelas dan malas untuk masuk sekolah.
Praktikan beranggapan bahwa klien
mengalami masalah belajar, keluarga, hubungan dengan lawan jenis dan hubungan
sosial dengan keadaan klien yang seperti disebutkan maka sangatlah jelas bahwa
klien harus segera dibantu dan diperhatikan lebih khusus, agar klien dapat
segera bebas atau terlepas dari masalahnya. Bila klien tidak segera diberian
bantuan maka dikuatirkan akan menghambat poses belajarnya sehingga potensi yang
dimiliki klien tidak dapat berkembang secara optimal.
C.
Ancanan
Studi Kasus
INI BISA ANDA GUNAKAN
DALAM ANCANGAN STUDI KASUS ANDA!!!!
Dalam membantu klien dalam
memecahkan masalahnya, praktikan Menggunakan ancangan klinis model Trait and
Factor.
Ancanagan klinis model Trait and
Factor terdiri dari enam tahap yaitu :
1.
Analisis
Analisis merupakan tahap permulaan
pengumpulan informasi tentang diri klien serta latar belakangnya. Informasi
atau data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian klien sejauh dapat
dijangkau, seperti kemampuan, minat, kesahatan dan lain-lain. Tujuan dari tahap
analisis adalah untuk memperoleh pemahaman tentang diri klien dalam hubungannya
dengan syarat-syarat yang diperlukan memperoleh penyesuaian diri, baik untuk
masa sekarang ataupun masa yang akan datang.
2.
Sintesis
Sintesis merupakan usaha untuk
menggolongkan dan menghubungkan data yang terkumpul pada tahap analisis,
kemudian disusun sehingga merupakan keseluruan gambaran tentang diri klien.
3.
Diagnosis
Diagnosis merupakan suatu tahap yang
ditempuh untuk mencari, menemukan masalah dan menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya masalah.
4.
Prognosis
Prognosis merupakan tahap
memprediksikan kemungkinan-kemungkinan apa yang dihadapi klien jika masalahnya
tidak terpecahkan.
5.
Treatment
Dalam konseling konselor membantu
klien menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dan
masyarakat guna membantu klien mencapai penyesuaian yang optimal.
6.
Evaluasi
Tindak lanjut merupakan suatu tahap
untuk mengikuti perkembangan klien setelah mendapatkan bantuan.
BAB III
PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN
Dalam usaha memberi bantuan kepada
klien, praktikan harus memperhatikan kebutuhan klien agar bantuan yang
diberikan berhasil dengan baik. untuk itu perlu pengumpulan data yang relevan
dan komprehesif serta menginterpretasikan data tersebut dengan tepat.
Prosedur dan metode penyelidikan
yang digunakan dalam studi kasus ini adalah ancangan klinis molel Trait and
factor. Adapun langkah-langkah dalam membantu mengatasi permasalahan klien
adalah :
A.
Analisis
Analisis merupakan kegiatan
mengumpulkan informasi tentang diri klien beserta latar belakangnya. Informasi
atau data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian klien, langkah
analisis dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang klien.
Dalam langkah analisis ini praktikan
menggunakan teknik non testing. Teknik non testing adalah cara mengumpulakan
data dengan alat-alat non testing seperti observasi, wawancara, angket, problem
chek list, angket kebiasaan belajar, sosiometri, home visit atau kunjungan
rumah (Widada, 1991: 28) dari teknik tersebut diperoleh data tentang diri klien
yang meliputi: SESUAIKAN DENGAN APA YANG NDA BENAR2 LANCARKAN/BERIKAN
PADA KLIEN ANDA!!!!
1. Studi
Dokumenter.
a.
Hasil
laporan hasil belajar siswa ulangan tengah semester gasal tahun pelajaran
2006/2007
Dokumen penting yang diperoleh
praktikan adalah hasil laporan hasil belajar siswa ulangan tengah semester
gasal tahun pelajaran 2006/2007. praktikan memperoleh hasil laporan hasil
belajar klien dari konselor pamong. Adapun hasil laporan belajar siswa ulangan
tengah semester gasal tahun 2006/2007 yang diperoleh klien dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut
Tabel 3.1 Hasil laporan belajar
klien ulangan tengah semester gasal tahun 2006/2007
No
|
Pelajaran
|
Nilai Klien
|
Rata-Rata kelas
|
1
|
Pendidikan
Agama
|
72
|
81
|
2
|
PKn
|
73
|
75
|
3
|
Bahasa Indonesia
|
74
|
75
|
4
|
Bahasa Inggris
|
65
|
76
|
5
|
Matematika
|
91
|
79
|
6
|
Kesenian
|
0
|
69
|
7
|
Pendidikan Jasmani
|
70
|
72
|
8
|
Geografi
|
84
|
78
|
9
|
Fisika
|
75
|
75
|
10
|
Kimia
|
77
|
87
|
11
|
Biologi
|
65
|
75
|
12
|
Teknologi Informatika & komunikasi
|
88
|
86
|
13
|
Ketrampilan
|
78
|
67
|
Dari 13 mata pelajaran yang
ditempuh klien dalam ulangan tengah semester, ada 7 (tujuh) mata pelajaran yang
memperoleh nilai kurang dari 75 yaitu Agama, PKn, Bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, Kesenian, Pendidikan jasmani, dan Biologi.
2. Teknik Non
Testing
Teknik non testing merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak baku dan hasil rekayasa petugas bimbingan,
konselor, sekolah. Adapun kegunaan teknik non testing adalah mengumpulkan data
yang tidak dapat dikumpulkan dengan tes (Hidayah, 1998: 2). Adapun teknik
nontesting yang digunakan untuk menggal data dari klien antara lain adalah:
a.
Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan
teknik untuk merekam data atau keterangan atau informasi tentang diri seseorang
yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan
yang sedang berlangsung, sehingga diperoleh data tingkah laku seseorang yang
nampak (behavior observable), apa yang dikatakan dan apa yang diperbuatnya
(Hidayah, 1998: 4).Observasi bertujuan untuk mengetahui segala aktifitas klien
tanpa sepengetahuan klien. hal ini dilakukan agar tingkah laku klien yang
diamati adalah tingkah laku yang sebenarnya dan bukan dibuat-buat.
Dalam hasil observasi yang dilakukan
beberapa kali oleh praktikan menunjukkkan bahwa klien dalam ksehariannya selalu
masuk sekolah, akan tetapi klien sering datang dengan wajah yang tidak ceria.
Di dalam kelas klien lebih banyak mengobrol dengan teman sebangkunya, selain
itu klien sering menaruh kepalanya di bangku dan sering mengeluh malas untuk
mengikuti pelajaran. Jika jam istirahat klien selalu keluar kelas bersama teman
satu bangkunya.
b. Wawancara.
Wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan tanya-jawab secara lisan baik langsung maupun tidak
langsung yang terarah pada tujuan tertentu (Hidayah, 1998: 32). Dalam proses
wawancara ini praktikan menggunakan wawancara langsung yakni praktikan menggali
data langsung dari klien dan wawancara tidak langsung yang mana praktikan
menggali data melalui teman klien.
Dalam proses waancara praktikan
menciptakan suasana yang membuat klien merasa nyaman untuk menceritakan apa
masalah klien. Praktikan membebaskan klien untuk memilih tempat untuk
membicarakan permasalahan yang sedang dialaminya. Praktikan melakukan wawancara
dengan klien sendiri dan juga dengan teman klien, yang bertujuan untuk
memperoleh keterangan atau data mengenai klien sebanyak-banyaknya dan
selengkap-lengkapnya.
1) Wawancara
dengan klien.
Dari hasil wawancara dengan klien
diperoleh data bahwa klien sedang mengalami masalah dengan pacarnya serta
ibunya. Klien ingin mengakhiri hubungannya dengan pacarnya. Klien merasa tidak
nyaman untuk menjalankan hubungan dengan pacarnya. Selain itu pula klien
merasakan nilai klien selama klien berpacaran turun. Penurunan nilai klien
diketahui oleh orang tua klien. Ibu klien beranggapan penurunan nilai klien diakibatkan
karena klien tidak dapat berkonsentrasi belajar melainkan konsentrasinya pada
hubungannnya dengan pacar klien.
Ketika ibu klien mengatakan kepada
klien untuk tidak boleh pacaran klien langsung memutuskan untuk mengakhiri
hubungannnya dengan pacarnya, hal ini yang menyebabkan pacar klien sangat
kecewa. Tidak hanya pacar klien saja yang kecewa dengan keputusan mendadak yang
diambil klien, akan tetapi teman pacar klien pun terheran-heran dengan
keputusan klien.
Ketika klien sudah memutuskan untuk
tidak pacaran lagi, tiba-tiba saja ibu klien berbicara pada klien bahwa klien
diperbolehkan untuk berpacaran asalkan tidak mengganggu belajar klien. klien
merasa sangat bingung karena klien sudah terlanjur untuk memutuskan
hubungannnya dengan pacaranya.
Sejak klien memutuskan hubungannya
dengan pacarnya, sejak itu pula klien merasa tidak nyaman jika bertemu dengan
mantan pacar klien ataupun dengan temannya. Klien merasa mereka memungsui klien
dan mengucilkan klien. Hal inilah yang menyebabkan klien tidak semangat untuk
masuk sekolah.
2) Wawancara
dengan teman klien.
Selain wawancara dengan klien,
praktikan juga menggali data klien melalui wawancara dengan teman dekat klien.
Teman dekat klien mengetahui masalah yang dihadapi oleh klien. Klien menceritakan
semuanya kepada teman klien. dari keterangan yang diperoleh melalui teman
klien, klien dapat digolongkan sebagai anak manja, klien juga sering sekali
mengalami kebimbangan dalam menentukan pilihan hidupnya. Mengenai hubungan
klien dengan mantan pacaranya pada awalnya klien tidak memiliki perasaan yang
lebih pada mantannya. Akan tetapi seiring berjalannnya waktu lama kelamaan
klien menyukai mantan klien.
Selain itu pula klien juga banyak
memiliki teman laki-laki yang sering kali mengajak klien untuk keluar. Klien
termasuk anak yang mudah menyesuaikan diri, karena itulah klien memiliki teman
banyak baik satu sekolah maupun lain sekolah.
c.
Daftar Cek
Masalah
Daftar Cek Masalah adalah sebuah
daftar kemungkinan masalah yang di susun untuk mrangsang dan memancing
pengutaraan masalah yang ernah atau sedang dialami oleh seseorang, yang
menyangkut keadaan pribadi individu, seperti sikap, minat, kondisi jasmaniah,
hubungan sosial kejiwaan, kondisi rumah dan keluarga, dan lain-lain (Hidayah,
1998:55). Dari hasil Daftar Cek Masalah yang diisi klien dapat diketahui
masalah klien antara lain sebagai berikut :
1) Masalah
Kesehatan
ü
Jantung
sering berdebar-debar.
ü
Sering sukar
tidur.
ü
Sering
merasa lelah dan tak bersemangat.
ü
Kadang-kadang
merasa ngantuk.
ü
Makanan
sehari-hari terbatas.
2) Masalah
Keadaan hidup (kehidupan).
ü
Uang saku
tidak mencukupi.
3) Masalah
rumah dan keluarga.
ü
Klien biasa
dimanjakan.
ü
Tidak
tinggal bersama orang tua.
ü
Orang tua
klien bersikap keras (menekan, tidak memberikan kebebasan) kepada klien.
ü
Orang tua
klien tidak mau mengerti terhadap perkembangan jiwa klien.
ü
Ayah dan ibu
tidak pernah mengadakan pertemuan keluarga dengan anak-anaknya dalam rangkan
memberikan nasehat-nasehat, bimbingan dan pendidikan.
ü
Ayah dan ibu
tidak hidup (tinggal) bersama.
ü
Klien tidak
puas dengan keadaan klien sekarang.
4) Masalah
Agama dan Moral
ü
Sering
berdusta.
ü
Sering
berbuat tidak jujur/tidak sportif.
5) Masalah
rekreasi/olah raga/hobby.
ü
Klien lebih
suka membaca buku-buku hiburan dari pada buku pengetahuan/pelajaran.
ü
Gemar
berkeliling kota dengan berkendaraan pada sore hari.
6) Masalah masa
depan yang berhubungan dengan pendidikan dan jabatan.
ü
Merasa
pesimis terhadap masa depan klien (berhubung dengan sulit/besarnya biaya untuk
melanjutkan dan sempitnya lapangan pekerjaan).
ü
Khawatir
tidak dapat “Berdikari”
ü
Klien ingin
mengetahui bakat dan kemampuan klien.
7) Masalah
Penyesuaian kepada Sekolah
ü
Klien sering
malas masuk sekolah.
ü
Didalam
kelas pikiran klien sering mengembara/melamun/mengantuk
ü
Sikap/pribadi
seorang guru, menyebabkan pelajaranya tidak klien senangi.
ü
Ada beberapa
pelajaran yang klien anggap tidak perlu.
8) Masalah
penggunaan waktu.
ü
Klien tidak
dapat memanfaatkan waktu terluang.
ü
Klien tidak
dapat membagi waktu belajar.
ü
Waktu klien
banyak dihabiskan untuk mengobrol.
9) Masalah
kebiasaan belajar.
ü
Klien
belajar hanya kalau ada ulangan.
ü
Belajar
dengan waktu/cara yang tidak teratur.
ü
PR
(pekerjaan rumah) baru klien kerjakan bila waktu untuk menyerahkan sudah dekat
(tinggal 1-2 hari).
ü
Sulit untuk
memulai belajar.
ü
Sering
terganggu oleh teman-teman/saudara.
ü
Belajar
dengan cara memberi coretan-coretan.
ü
Belajar
dengan sifat hafalan mudah hilang/lupa.
10) Masalah
kebiasaan menghadapi ulangan.
ü
Pada waktu
ulangan sering terasa berdebar-debar.
ü
Ditengah-tengah
ulangan sering konsentrasi lenyap (tiba-tiba semua yang dipelajari hilang/lupa)
ü
Sering
timbul perasaan kurang percaya terhadap hasil pekerjaan sendiri/diri sendiri.
Dari daftar cek masalah yang telah
dilancarkan praktikan, diperoleh hasil prosentase perhitungan analisis daftar
cek masalah (DCM) untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Hasil Analisis Daftar Cek Masalah
No
|
Aspek Masalah
|
Prosentase
|
1
|
Kesehatan
|
33,33 %
|
2
|
Keadaan
hidup
|
12,5 %
|
3
|
Rumah dan
keluarga
|
25,92 %
|
4
|
Agama dan
moral
|
12,5 %
|
5
|
Rekreasi/olah
raga/hobi
|
13,33 %
|
6
|
Masa depan
yang berhubungan dengan pendidikan dan jabatan.
|
33,33%
|
7
|
Masalah
Penyesuaian kepada Sekolah
|
40 %
|
8
|
Penggunaan
waktu
|
33,33 %
|
9
|
Kebiasaan
belajar
|
35%
|
10
|
Kebiasaan
menghadapi ulangan
|
42,85 %
|
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan
klien yang terbesar adalah masalah kebisaan menghadapi ulangan dengan
presentase 42,85 %, masalah penyesuaian kepada sekolah dengan prosentase 40 %,
masalah kebiasaan belajar dengan prosentase 35 %.
d. Checklist
kebiasaan Belajar
Data kebiasaan belajar ini diperoleh
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan cara belajar,
mengatur waktu, persyaratan belajar dan hal-hal yang berhubungan dengan belajar
klien. Dalam check studi habit ada beberapa pernyataan klien sebagai berikut :
1. Klien
belajar kalau ada ulangan saja.
2. Klien tidak
mempunyai daftar waktu untuk belajar di rumah.
3. Lampu ruang
belajar di rumah cukup memenuhi syarat.
4. Teman-teman
klien ering mengganggu klien belajar.
5. Klien tidak
bisa tidur siang.
6. Klien tidak
merencanakan bahan apa yang harus klien pelajari.
7. Klien sudah
merasa cocok terhadap bidang studi/jurusan yang
klien pilih.
8. Ada beberapa
pelajaran yang sulit klien ikuti.
9. Klien dapat
mengikuti sistem pendidikan di sekolah.
10. Klien
belajar karena dorongan dan kebutuhan klien sendiri.
11. Buku-buku
pelajaran klien cukup lengkap.
12. Catatan
klien kurang lengkap.
13. Klien jarang
membaca buku-buku di perpustakaan.
14. Kadang-kadang
klien bertanya pada teman tentang pelajaran.
Hal ini dapat dilihat dari hasil
analisis dengan Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Analisis Checklist
kebiasaan Belajar (Studi Habit)
Aspek
|
|||
Negatif (-)
|
Positif (+)
|
||
Jumlah
|
Prosentase
|
Jumlah
|
Prosentase
|
8
|
27,6 %
|
7
|
25,9 %
|
Dapat disimpulkan bahwa klien
mempunyai masalah belajar, dimana aspek negatif dalam masalah kebiasaan belajar
dengan presentasi 27,6 %
e.
Data
Kepribadian
Tes Who Am I adalah suatu alat
pengumpul data dalam bimbingan yang dipakai untuk mengetahui penyikapan
seseorang terhadap dirinya endiri. Dari hasil tes ini individu dapat dibantu
untuk lebih mengenal dirinya sendiri, denga tujuan agar individu mampu
menyesuaikan diri disetiap situasi (Hidayah, 1998:45)
Dari tes Who Am I yang telah
direncanakan praktikan kepada klien, diperoleh hasil analisis Tes Who Am I,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini :
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Skor
|
A
|
3
|
1
|
B
|
3
|
1
|
C
|
3
|
3
|
D
|
3
|
3
|
E
|
2
|
2
|
F
|
3
|
1,5
|
G
|
3
|
3
|
H
|
3
|
3
|
I
|
1
|
1
|
J
|
3
|
1,5
|
K
|
2
|
2
|
L
|
3
|
3
|
M
|
3
|
1
|
N
|
3
|
3
|
O
|
2
|
2
|
Jumlah
|
32
|
Berdasarkan jumlah skor yang
diperoleh klien yaitu 32 dapat disimpulkan bahwa klien adalah orang yang
berkepribadian optimis, menyenangkan dalam bergaul dan percaya pada diri
sendiri.
B.
Sintesis
Sintesis bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang jelas tentang diri klien, baik kelebihan maupun kelemahannya. Dari tahap
ini akan diperoleh secara keseluruan siapa diri klien yang sebenarnya serta
gambaran masalah yang dihadapi.
Penyusunan tahap ini, berasal dari
data yang sudah dikumpulkan pada tahap analisis. dari tahap analisis tersebut
dapat diketahui bahwa klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ibu klien
bekerja sebagai guru sedangkan ayah klien bekerja sebagai wiraswasta. Dari
hasil wawancara dengan klien diperoleh keteranan bahwa Ayah dan ibu klien sudah
bercerai dan masing-masing sudah memiliki pendamping lagi. klien berasal dari
Batu dan tinggal di Malang di kost. Klien sangat dekat dengan ibunya. Sedang
dengan ayahnya tidak.
Klien menceritakan kepada praktikan,
ibu klien pernah berkata pada klien jika klien bersikap yang mengecewakan orang
tua klien maka klien akan di pindah dari kost dan ditempatkan di rumah nenek
klien yang ada di Malang. Hal ini sangat membebani klien, klien tidak ingin
tinggal dengan neneknya. Maka dari itu klien berusaha untuk selalu menuruti apa
yang dikatakan oleh ibunya, termasuk laranan ibu klien untuk berpacaran.
Setelah ibu klien mengetahui bahwa
klien punya pacar, ibu klien melarang klien untuk melanjutkan hubungan dengan
pacarnya, ibu klien khawatir jika klien pacaran akan mengganggu konsentrasi
klien pada pelajaran di sekolah. Ternyata hal yang di takutkan ibu klien
terbukti, klien banyak mengikuti remidi karena nilai yang diperoleh klien saat
ujian tengah semester banyak yang dibawah 75.
Karena ibu klien melarang klien
untuk melanjutkan hubungan dengan pacarnya, maka tidak lama kemudian klien
memutuskan hubungan dengan pacarnya. Sangat disesalkan oleh klien ketika klien
sudah memutuskan hubungannnya, ibu klien kembali berbicara pada klien bahwa klien
diperbolehkan untuk berpacaran asal itu tidak mengganggu pelajaran klien. klien
sangat menyesalkan hal ini karena klien sudah terlanjur memutuskan hubungannya.
Semenjak klien memutuskan
hubungannya dengan pacarnya, sejak itu pula klien merasa tidak nyaman di
sekolah. Klien merasa teman-teman mantan pacarnya memungsui klien. Meski klien
tidak satu kelas dengan mantan pacarnya akan tetapi klien merasa terganggu
dengan sikap teman-teman mantan pacarnya yang terkesan sinis dengan klien. Hal
ini mengakibatkan klien malas untuk masuk sekolah.
Menurut keterangan yang diberikan
klien, penurunan prestasi klien sehingga klien banyak mengikuti remidi tidak
disebabkan karena klien pacaran, akan tetapi klien memeng belum dapat membagi
waktu antara belajar dan bermain. Klien terlalu santai dalam belajar. Selain
itu klien tidak memiliki jadwal belajar yang tetap dalam sehari-hari. Klien
sering belajar jika ada ulangan esok hari saja. Selain itu tidak ada yang
mengigatkan klien untuk belajar karena klien jauh dari orang tua.
C.
Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap
menginterpretasikan pencarian, penentuan masalah dan mengidentifikasian faktor
penyebab imbulnya masalah. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses
pengambilan atau penarikan kesimpulan yang logis.
Pada tahap diagnosis ini,
dimaksudkan sebagai suatu tahap yang ditempuh untuk mencari, menemukan dan
menentukan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah (Hayinah, 1992: 123)
Diagnosis adalah tahap merumuskan
masalah yang dihadapi klien beserta sebab-sebab timbulnya masalah. Dalam tahap
ini terdiri dari dua langkah.
1.
Identifikasi
Masalah
Kegiatan ini dklasifikasikan
berdasarkan data yang telah diperoleh. Adapun klasifikasi masalah yang sedang
dialami klien adalah:
a.
Masalah
pribadi dan sosial
Klien merasa sangat bersalah dan
menyesal dengan keputusan klien untuk memutuskan hubungannya dengan pacarnya.
Hal ini mengakibatkan klien merasa dibenci dan dimusuhi oleh teman-teman mantan
pacar klien. Klien menginginkan meski hubungan klien dengan mantan pacarnya
berakhir akan tetapi hubungan antara keduanya tetap seperti teman dan bukan
musuh, demikian pula dengan teman-teman mantan pacar klien.
b. Masalah
belajar
Klien merasa terbebani dengan
tugas-tugas yang diberikan sekolah. Berdasarkan keterangan klien, klien kurang
memperhatikan pelajaran jika guru tidak jelas menerangkan. Selain itu juga
klien tidak memiliki jadwal belajar yang teratur. Jika ada tugas sekolah klien
lebih sering mengerjakan di sekolah dan mencontoh pekerjaan temannya. Klien
banyak mengikuti remidi ulangan tengah semester. Hal ini sangat disesalkan oleh
klien karena klien menginginkan dia tidak merasa terbebani dengan tugas
sekolah, dan klien tidak banyak mengikuti remidi sehingga prestasi klien
membanggakan.
Klien memiliki banyak teman baik
dari satu sekolah maupun dari luar sekolah. Kebanyakan klien mmiliki
teman laki-laki. Selain itu klien memiliki teman dekat yang biasa klien ajak
untuk membicarakan masalahnya.
c.
Masalah
keluarga.
Orang tua klien sudah bercerai,
kedua orang tua klien sudah menikah kembali. Klien tinggal dengan ibunya. Klien
dekat dengan ibunya, sesekali klien curhat kepada ibunya. Hubungan klien dengan
ayah kandung klien kurang dekat. Hubungan klien dengan ayah tiri klien juga
kurang dekat, melainkan hubungan klien dengan ibu tiri klien cukup dekat.
Klien merasa ibunya plin-plan dalam
mengambil keputusan untuk klien, hal ini dibuktikan pada saat ibu klien
melarang klien untuk menbina hubungan yang spesial dengan teman laki-lakinya
dan menyuruh klien untuk memutuskan hubungan klien dengan pacar klien, keesokan
harinya ibu klien memberitahukan pada klien bahwa klien boleh membina hubungan
yang lebih dari sekedar hubungan teman dengan teman laki-laki klien asalkan hal
itu tidak mengganggu konsentrasi klien pada pelajaran, hal ini sangat
disayangkan oleh klien karena klien sudah terlanjur untuk memutuskan
hubungannya dengan pacarnya.
2. Menentukan
sumber penyebab masalah (etiologi)
Pada tahap ini merupakan tahap
mencari faktor-faktor penyebab masalah yang dihadapi klien. faktor tersebut
berasal dari dalam diri klien (intern) maupun dari luar diri klien (ekstern)
a.
Faktor
intern
Faktor penyebab masalah yang
dihadapi klien antara lain:
1) Klien
bingung dengan banyaknya tugas yang diberikan sekolah.
2) Klien belum
dapat mengatur waktu.
3) Klien kurang
dapat berkonsentrasi terhadap pelajaran.
4) Klien belum
dapat membagi waktu antara waktu belajar dan waktu bermain.
5) Klien
terlalu tergesa-gesa untuk mengakhiri hubungannnya dengan pacarnya.
6) Klien merasa
bersalah karena memutuskan pacarnya.
7) Klien
terlalu menganggap enteng pelajaran sekolah.
b. Faktor
ekstern
Faktor dari luar diri klien yang menjadi penyebab
timbulnya masalah anatara lain:
1) Klien jauh
dari orang tua sehingga tidak ada yang mengawasi dan mengingatkan waktu belajar
klien.
2) Klien
memiliki banyak teman yang sering mengajak klien untuk keluar/jalan-jalan.
3) Ibu klien
membuat keputusan yang membingungkan klien.
4) Sikap
teman-teman mantan pacar klien yang membuat klien tidak nyaman untuk masuk
sekolah.
D. Prognosis
Prognosis bertujuan untuk
memprediksikan kemungkinan yang dihadapi klien apabila masalahnya tidak
teratasi. Atas dasar inilah akan ditetapkan alaternatif-alternatif bantuan atau
pertolongan.
1.
Apabila
klien tidak segera dibantu, maka :
a.
Klien tidak
berkonsentrasi pada palajarannya sehingga lama kelamaan prestasi klien akan
semakin menurun.
b. Klien akan
memilih untuk membolos karena klien merasa tidak nyaman berada di sekolah.
c.
Klien akan
bermasalah dengan ibunya karena ibu klien akan kecewa jika mengetahui nilai
klien tidak ada peningkatan.
d. Klien akan
selalu dihantui perasaan bersalah karena telah memutuskan hubugannya dengan
pacarnya.
e.
Tugas-tugas
sekolah klien tidak dapat terselesaikan dengan baik dan tidak tepat waktu.
f.
Klien
membenci ibunya.
2.
Apabila
masalah klien terselesaikan, maka :
a.
Klien dapat
berkonsentrasi pada pelajarannya.
b. Prestasi
klien akan meningkat.
c.
Klien akan
nyaman dan bersamangat untuk masuk sekolah.
d. Hubungan
klien dengan ibu klien akan semakin dekat.
e.
Tugas-tugas
sekolah klien akan terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
f.
Ibu klien
bangga dengan klien karena prestasi klien memuaskan dan klien diperbolehkan
untuk membina hubungan yang spesial dengan teman laki-lakinya.
BAB IV
USAHA-USAHA BANTUAN
Berdasarkan data tentang klien yang
telah terkumpulkan dan dianalisis maka langkah brikutnya adalah memberikan treatment
atau usaha bantuan kepada klien. Adapun bantuan tersebut meliputi:
A.
Bantuan yang
direncanakan
Bantuan yang direncanakan berisi
kegiatan-kegiatan bantuan yang akan dilaksanakan dengan penjelasan mengenai apa
dan mengapa bantuan tersebut direncanakan.
Adapun bantuan yang direncanakan
dalam usaha membantu memecahkan masalah klien adalah:
1.
Konseling
Individual.
Konseling adalah layanan bimbingan
yang ditujukan kepada siswa secara face to face dengan wawancara. Layanan ini
diberikan kepada siswa yang sudah bermasalah, dan umumnya diberikan secara
individual (Widada, 1991: 30) Konseling dalam studi kasus ini dipilih sebagai
usaha bantuan karena konseling melibatkan klien yang sedang mengalami masalah.
Oleh karena itu praktikan berusaha untuk membantu menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi oleh klien. bantuan ini diberikan kepada klien bertujuan agar
klien dapat memahami dirinya, menerima dirinya, merencanakan
alternatif-alternatif tindakan untuk memecahkan masalah klien. tujuan pemberian
bantuan ini agar klien :
a.
Memahami dan
menyadari akibat yang timbul bila klien tidak dapat mengatur waktu belajarnya.
b. Menyadari
bahwa keputusan yang diambil ibunya untuk melarang klien berpacaran itu adalah
demi kebaikan klien.
c.
Menyadari
jika klien terus menerus merasa bersalah kepada mantannya akan berakibat tidak
baik bagi kehudupannya dan juga bagi prestasi belajarnya.
d. Bersama-sama
konselor merumuskan jadwal sehari-hari terutama jadwal belajar.
e.
Merumuskan
cara bagaimana hubungan klien dengan mantan pacarnya tetap baik meski sudah
tidak berpacaran lagi.
2.
Konseling
Kelompok.
Konseling kelompok adalah suatu
proses antar pribadi yang dinamis yang memusatkan diri pada pikiran dan prilaku
yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sikap persimisif,
orientasi pada kenyataan, katarsis, saling pengertian, saling menerima dan
membantu (Romlah, 2001:5).
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
untuk membantu klien untuk mememcahkan permasalahan yang juga dialami oleh
teman klien. permasalahan yang akan dijadikan bahan utuk bimbingan kelompok
adalah bagaimana meraih prestasi yang memuaskan. Konseling kelompok ini
dilakukan konselor beserta klien dan juga bersama dengan teman-teman klien yang
dekat dengan klien karena mereka memiliki permasalahan yang hampir sama.
3.
Menberikan
Informasi Cara Belajar yang Efektif.
Layanan informasi merupakan layanan
yang memungkinkan siswa menerima dan memahami berbagai informasi seperti
informasi belajar, pergaulan, jabatan, pendidikan lanjutan (Kurikulum 2002).
Tujuan dari informasi ini adalah agar klien dapat memahami bagaimana cara belajar
yang efektif, adapun pemberian informasi ini direncanakan akan diberikan kepada
klien secara individual.
4.
Melakukan
Home Visit.
Home visit atau kunjungan rumah
dilakukan untuk mengadakan hubungan baik antara orang tua dan pihak sekolah.
Dalam hal ini orang tua klien diajak untuk mendiskusikan tentang masalah yang
dihadapi klien dan diajak untuk bersama-sama mencari alternatif-alternatif
pemecahan dari masalah klien.
B.
Bantuan yang
dilaksanakan
1.
Konseling
Individual.
Dalam melaksanakan konseling,
praktikan melakukan tiga kali pertemuan. Pertemuan tersebut dilakukan untuk
mengetahui tentang sumber-sumber masalah yang ada pada diri klien dan membantu
klien dalam mencari alternatif-alternatif pemecahannya.
Dalam pemberian layanan ini praktikan
menggunakan pendekatan konseling Trait and Factor dengan tujuan mencari
permasalahan yang menjadi sumber penyebab masalah klien dan mencari alternatif
pemecahan masalahnya.
Pelakasanana layanan konseling pada
pertemuan pertama dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 16 September 2006, proses
pelaksanaan konseling individual ini berlangsung kurang lebih selama 30 menit.
Pada pertemuan pertama tersebut konselor mengumpulkan data klien, pada
pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis 12 Oktober 2006 dan proses
konseling individual ini berlangsung selama 30 menit, pada pertemuan kedua ini
praktikan melakukan perumusan alternatif dengan klien sehubungan dengan masalah
klien. Pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada Senin 13 November 2006 dengan
agenda pengujian alternatif yang pada pertemuan kedua telah dirumuskan oleh
klien, konselor menanyakan hasil yang telah diperoleh klien. setelah melakukan
berapa proses konseling talah diperoleh perubahan pada diri klien, klien sudah
tidak lagi mengeluh bahwa klien tidak enak dengan keputusannya untuk memutuskan
pacarnya, klien juga sudah memiliki jadwal belajar yang sudah klien jalani,
klien sudah tidak lagi merasa malas untuk masuk sekolah.
Dalam melaksanakan praktik layanan
koneling individual ini, pendekatan yang dipilih untuk digunakan dalam membantu
mengatasi masalah klien adalah pedekatan konseling trait and faktor.
Dari proses konseling pertama
diperoleh data-data seputar diri klien. dari proses konseling kedua diperoleh
beberapa alternatif pemecahan masalah klien antara lain:
a.
Klien
mengatur waktu terutama waktu belajar dan waktu bermain.
b. Klien tidak
hanya belajar saat esok ada ujian saja akan tetapi setiap hari sehingga jika
ada ujian klien masih mengingat apa yang telah klin pelajari sebelumnya.
c.
Klien akan
bertanya kepada teman atau guru jika klien tidak memahami pelajaran.
d. Klien
sementara tidak akan berpacaran terlebih dahulu.
e.
Klien akan
mengurangi aktifitas klien yang dianggap klien kurang menguntungkan.
f.
Klien
berbicara pada ibunya bahwa apa yang diputuskan ibunya sangat mengganggu klien
saat ini.
g.
Klien
mengikuti les diluar sekolah untuk memperbaiki nilainya yang kurang memuaskan.
Dari proses konseling ketiga
diperoleh keputusan atau hasil, antara lain sebagai berikut:
a.
Klien dapat
mengatur waktu terutama waktu belajar dan waktu bermain.
b. Klien tidak
hanya belajar saat esok ada ujian saja akan tetapi setiap hari sehingga jika
ada ujian klien masih mengingat apa yang telah klin pelajari sebelumnya.
c.
Klien akan
bertanya kepada teman atau guru jika klien tidak memahami pelajaran.
d. Klien
sementara tidak akan berpacaran terlebih dahulu.
e.
Klien akan
mengurangi aktifitas klien yang dianggap klien kurang menguntungkan.
2. Konseling
Kelompok.
Konseling kelompok dilakukan
praktikan bersama klien dan teman-teman klien yang memiliki masalah yang hampir
sama. Masalah yang diangkat pada konseling kelompok ini adalah masalah belajar.
Pada konseling kelompok yang dilakukan oleh praktikan bertempat di luar ruang
bimbingan konseling tepatnya di taman depan lapangan. Dalam konseling kelompok
tersebut tidak banyak yang ikut serta, hanya prktikan, klien dan dua teman
klien yang lain. Bimbingan kelompok ini dilakukan praktikan pada hari Senin 6
November 2006.
Dalam konseling kelompok yang
dilaksanakan praktikan beserta klien dan dua teman klien praktikan membahas
tentang masalah bagaimana cara belajar yang disesuaikan dengan kondisi SMA
Negeri 3 Malang, dimana banyak sekali tugas dan tuntuan nilai yang ditentukan
oleh sekolah untuk diraih oleh siswa.
Dalam pelaksanaan teknik ini
praktikan membuka terlebih dahulu permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien,
dan kemudian praktikan memberikan kesempatan pada teman-teman klien untuk memberikan
masukan kepada klien dan kemudian praktikan memberikan kesempatan pada klien
untuk menambahi masukan yang belum diberikan oleh temannya.
Setelah masukan-masukan baik dari
klien maupun dari teman-teman klien, praktikan bersama-sama klien dan teman-temannya
merumuskan alternatif pemecahan masalah yang akan dipilih untuk menyelesaikan
masalahnya.
Adapun hasil yang diperoleh dari
konseling kelompok ini antara lain adalah klien merasa masalah yang
dihadapinya. Selain itu klien menjadi lebih terbuka pada praktikan dan juga
pada teman-temannya tentang permasalahan yang ia hadapi khususnya masalah
belajar klien. Klien dan juga kedua temannya merumuskan jadwal belajar bersama.
3. Menberikan
Informasi Cara Belajar yang Efektif.
Layanan informasi yang diberikan
pratikan berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh klien yaitu pada
bimbingan belajar. Pemberian informasi diberikan karena klien belum mengetahui
tentang bagaimana belajar yang efektif. Kegiatan ini dilakukan oleh praktikan
saat klien datang pada praktikan untuk berkonseling, tepatnya pada hari Kamis
20 Oktober 2006. untuk pelaksanaan layanan informasi, praktikan memberikan
layanan informasi secara individual. Adapun tujuan dari pemberian informasi ini
melihat dari permasalahan klien yang mengalami permasalahan dalam belajar.
Informasi ini berisi tentang bagaimana seorang dapat belajar secara efektif
dengan pemahaman terhadap bahan yang dipelajari.
C.
Bantuan yang
tidak dilaksanakan
Bantuan yang tidak terlaksana pada
kegiatan ini adalah home visit. Hal ini dikarenakan proses konseling yang
dilakukan praktikan dengan klien dirasa sudah cukup untuk memecahkan masalah
klien. praktikan juga pernah menawarkan bantuan ini kepada klien dan klien
menganggap tidak perlu untuk dilakukan home visit.
D.
Tindak
lanjut (Follow Up)
Usaha tindak lanjut merupakan
kegiatan lanjutan dari usaha yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini untuk
mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan bantuan yang telah diberikan
kepada klien dan akan merencanakan bentuk bantuan yang lain apabila bantuan
yang sebelumnya tidak sesuai. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
usaha bantuan yang telah diberikan, maka praktikan mengikuti perkembangan klien
dengan melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan
Observasi.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk
melihat apakah klien sudah menerapkan informasi yang didapatnya. Dari
hasil pengamatan praktikan baik dari dalam kelas maupun di luar kelas, klien
sudah menunjukkan sikap tidak lagi mala untuk masuk sekolah, selain itu juga
klien sudah tidak lagi banyak menghbiskan waktu istirahatnya di kelas.
2. Wawancara
dengan klien.
Praktikan mengadakan wawancara
dengan klien mengenai perkembangan masalah yang dihadapi. Adapun masalah yang
dihadapi klien adalah klien malas untuk masuk sekolah karena klien merasa tidak
nyaman jika bertemu dengan mantan pacar klien dan teman-temannya selain itu
juga klien masalah klien adalah maalah belajar yakni klien kurang dapat berkonsentrasi
dalam belajar.
Dari hasil wawancara dengan klien,
klien sudah tidak lagi malas sekolah dan sudah tidak lagi merasa tidak nyaman
jika bertemu dengan mantan pacarnya beserta teman-temannya. Selain itu juga
klien sudah dapat berkonentrasi pada pelajaran dan klien memilih untuk tidak
membina hubungan yang istimewah dengan lawan jenis terlebih dahulu karena klien
ingin berkonsentrasi pada pelajaran.
3. Kerjasama
dengan konselor.
Kerjasama ini dilakukan untuk
menindak lanjuti maslah yang dihadapi oleh klien, karena konselor adalah orang
yang mengetahui latar belakang siswa yang bersangkutan. Praktikan dalam hal ini
melaporkan pada konselor untuk ditindaklnjuti apabila masa praktek praktikan
sudah berakhir dan klien masih memerlukan bantuan. Dalam kegiatan ini, konselor
hanya ingin mengetahui identitas klien.
BAB V
ANALISIS DAN BAHASAN
Dalam bab
ini akan dibahas mengenai analisis dan bahasan. Analisis maksudnya memaparkan
uraian tentang keefektifan penyelidikan dan ketercapaian tujuan melalui bantuan
yang diberikan dan kesenjangan antara tuntutan teori dan praktik atau
hambatan-hambatan yang ditemui dilapangan, sedangkan bahasan menjelaskan dari
sudut teori tentang hasil analisis, baik yang tercapai maupun yang tidak
tercapai.
A.
Analisis
Studi kasus merupakan teknik atau
metode pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh
berarti yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu. Terpadu
artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam mengumpulkan data. Dengan
demikian akan diperoleh pemahaman individu yang dimaksud. kasus yang ditangani
ini adalah individu yang mempunyai masalah yang komplek dan serius, sehingga
membutuhkan bantuan yang secepatnya.
Adanya tujuan dari studi kasus ini
antara lain :
a) Untuk
mengenal keadaan individu yang bermasalah
b) Untuk
mengadakan intepretasi dan diagnosa tentang tingkah laku individu sesuai dengan
masalahnya.
c) Memberikan
bantuan untuk menentukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi individu.
Berdasarkan kegiatan tersebut,
praktikan mengumpulkan dan mempelajari data mengeni klien secara lengkap dan
rahasia, dikerjakan secara terus menerus, baik data pribadi maupun data sosial.
Tidak hanya itu praktikan juga mencari informasi tambahan mengenai klien kepada
teman-teman dekat klien. dengan adanya informasi dari beberapa teman klien,
praktikan dapat memahami kondisi dan permasalahan-permasalahan yang dialami
oleh klien.
Masalah yang dihadapi klien sangat
kompleks yaitu yang paling utama adalah masalah belajar, klien tidak dapat
membagi waktunya terutama waktu untuk belajar, karena hal tersebut klien
mendapat nilai yang tidak memuaskan pada Ulangan tengah Semester. Permasalahan
yang dialami oleh klien tersebut bila dibiarkan terus-menerus maka akan memberi
hambatan paada masa depan klien itu sendiri.
1. Tahap
Sintesis
Praktikan merangkum masalah klien
agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah klien yang sedang dihadapi
oleh klien. pada tahap ini praktikan mengalami sedikit hambatan untuk merangkum
masalah yang dihadapi klien. hal ini dikarenakan masalah klien yang kompleks
sehingga praktikan sedikit kesulitan untuk merangkum secara keseluruan mengenai
data klien yang telah terkumpul.
Dalam menemukan dan menentukan
faktor penyebab timbulnya masalah, praktikan tidak lagi mengalami masalah dan
tahap ini berjalan lancar. Hal ini disebabkan karena praktikan sudah mengetahui
masalah yang dihadapi klien yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga masalah,
antara lain: masalah belajar, keluarga, dan hubungan lawan jenis dan sosial.
Dari ketiga masalah yang dihadapi klien tersebut masalah yang utama yang
dihadapi klien dan perlu ditangani lebih lanjut adalah masalah belajar.
Faktor pendukung pada tahap ini
adalah praktikan banyak mendapatkan informasi mengenai diri klien dari teman
dekat klien, menurut informasi yang diberikan oleh teman dekat klien, klien
memiliki cara belajar yang belum sesuai, klien tidak memiliki jadwal belajar
untuk sehari-hari. Klien juga sangat terbuka pada praktikan untuk mengungkapkan
masalahnya.
Dalam memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi apabila masalah-masalah klien tidak
segera teratasi praktikan tidak memiliki hambatan, hal ini dikarenakan
praktikan sudah mmiliki gambaran yang jelas tentang permasalahan klien. Klien
juga memiliki pemahaman yang jelas tentang masalahnya dan
kemungkinan-kmungkinan yang akan terjadi jika klien tidak segera menyelesaikan
masalahnya.
Dalam membantu klien untuk mememukan
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi klien praktikan
menentukan bantuan yang akan diberikan pada klien. di dalam langkah-langkah
yang ada pada ancangan trait and factor yang digunakan oleh praktikan dalam
studi kasus ini yaitu: analisis, sintesis, diagnosis, dan prognosis cenderung
lancar dalam proses pelaksanaannya. Sedangkan pemberian treatment oleh
praktikan berpedoman terhadap masalah yang sedang dihadapi klien.
Dalam pemberian bantuan, praktikan
telah merencanakan bantuan-bantuan yang sesuai dengan masalah klien dan saling
mendukung tetapi tidak semua bantuan yang direncanakan dapat dilaksanakan.
Bantuan yang direncanakan antara lain: konseling individual, konseling
kelompok, pemberian informasi, dan home visit. Dari bantuan-bantuan yang
direncanakan ada satu bantuan yang tidak terlaksana yakni home visit.
Keberhasilan studi kasus ini
ditunjang oleh adanya keterbukaan klien dalam memberikan informasi dan
kepercayaan klien terhadap praktikan dalam membantu mancari
alternatif-alternatif pemecahan masalah. Selain itu ada keinginan klien untuk
segera menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi.
Dalam studi kasus ini praktikan
mengalami hambatan-hambatan antara lain adalah sulit menentukan waktu yang
tepat untuk bertemu klien mengingat jadwal sekolah yang begitu padat, selain
itu juga pertimbangan agar waktu pertemuan dengak klien tidak mengganggu
aktifitas klien yang lainnya. Hambatan yang lain adalah kurangnya kerjasama
antara praktikan dan wali kelas dan juga guru mata pelajaran. Karena hal ini
praktikan kurang menggali data mengenai diri klien pada wali kelas dan juga
guru-uru mata pelajaran.
B.
Bahasan
Bahasan menjelaskan dari sudut teori
tentang hasil analisis, baik dari yang tercapai maupun yang tidak tercapai.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa studi kasus ini telah dilaksanakan
dengan prosedur yang sudah ada, meski mengalami sedikit hambatan. Menurut
Hayinah (1992), pelaksanaan studi kasus bisa berjalan baik bila prosedur dan
teknik yang digunakan tepat dan dilaksanakan sesuai dengan urutan.
Studi kasus ini disusun dengan
ancangan Trait and Factor kerena ancangan ini mengutamakan kerasionalan
berpikir klien menjadikan individu yang mandiri. Tujuan utama dalam ancangan
ini adalah membantu individu untuk memahami dirinya secara rasional. Hal ini
berarti tujuan ancangan trait and factor adalah membantu klien memecahkan
masalah dengan melihat secara objektif terjadinya kesulitan yang berasal dari
diri klien sendiri. Prosedur yang digunakan pada studi kasus ini sudah tepat,
langkah-langkah yang ditempuh sudah sesuai dengan urutannya. Dari segi
pelaksanaannya, studi kasus ini sudah cukup baik. Namun hasil yang diperoleh
kurang dari sempurna, hal ini dikarenakan kemampuan praktikan kurang.
Analisis merupakan langkah
mengumpulkan data atau informasi mengenai diri klien serta latar belakangnya.
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman diri klien dan harus memenuhi
syarat yaitu: valid, relevan dan komprehensif. Tahap ini membutuhkan waktu yang
cukup lama karena praktikan harus menggali dan mengumpulkan data mengenai klien
baik itu dalam bentuk testing maupun non testing. Setiap hasil pengumpulan data
mengenai klien dapat diatur oleh praktikan secara sistematis sesuai dengan
urutan yang telah disusun oleh praktikan. Urutan ataupun langkah-langkah awal
sampai akhir dalam pengumpulan data untuk memahami dan mengenali klien itu
digolongkan menjadi dua, yaitu; teknis tes dan teknik non testing.
Pemahaman individu melalui teknik
tes adalah laporan hasil ujian tengah semester 2006/2007. sedangkan pemahaman
individu melalui teknik non testing berupa observasi, wawancara, daftar cek
masalah, studi habit, sosiometri, dan tes Who Am I. Disamping alat analisis di
ata, patterson (dalam Ramli, 1996:10) mengemukakan semua data klien yang
terdiri dari catatan komprehensif yang mencakup sejarah kehidupan keluarga,
sejarah kesehatan, sejarah pendidikan, sejarah pekerjaan dan jabatan, minat
sosial dan rekreasi, serta kebiasaan-kebiasaan klien.
Pengalaman praktikan selama
menangani kasus ini adalah dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalahnya
perlu ada kepercayaan dan keterbukaan klien dalam mengungkapkannya karena jika
tidak maka proses pemberian bantuan akan ulit untuk dilakukan. Selain itu
praktikan juga memperoleh seperangkat pengetahuan dan pengalaman yang nantinya
akan dijadikan bekal untuk menjadi seorang konselor yang profesional.
Sentesis adalah usaha merangkum,
menggolongkan dan menghubungkan data yang terkumpul pada tahap analisis
kemudian disusun sehingga jelas gambaran keseluruhan tentang diri klien. pada
tahap ini, klien memiliki msalah utama yaitu masalah belajar. Seperti yang
diketahui bahwa masalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
kehidupan manusia, secara sederhana dapat disadari dan dirasakan oleh setiap
individu bahwa dirinya tidak dapat menghindar dari masalah (Trisna, 2003).
Dengan mengetahui permasalahan klien yang telah dirangkum akan dapat
mempermudah praktikan untuk mengorganisasikan data dari hasil tahap analisis
sedemikian rupa sehingga menunjukkan gambaran diri klien yang terdiri dari
kelemahan dan kelebihannya serta kemampuannya.
Diagnosis merupakan tahap
menginterpretasikan pencarian, penentuan masalah dan mengidentifikasikan faktor
penyebab timbulnya masalah. Seperti diketahui bahwa dalam tahap diagnosis ini
terdiri dari dua langkah antara lain: identifikasi masalah dan penemuan
sebab-sebab masalah. Berdasarkan identifikasi masalah, klien memiliki masalah
belajar. Berkaitan dengan permasalahan diatas, Ramli (1996:12) mengemukakan
bahwa kurang menguasai ketrampilan yang diperlukan (lack of skill)
merupakan masalah yang banyak dialami oleh klien. seperti diketahui bahwa klien
memiliki faktor penyebab intern dan ekstern yang sangat komplek seperti yang
tertulis di Bab III di atas. Menurut Ramli, (1996:13) dari sekian banyak faktor
yang diperkirakan menjadi penyebab masalah klien, hendaknya dicari mana yang
utama dan mana yang bukan agar pemberian bantuan pemecahannya lebih tepat. Jika
tidak ada atau sedikit hasil penelitian yang menghubungkan masalah dengan
penyebabnya, konselor dapat menggunakan intuisinya yang kemudian dicek oleh
logika dan reaksi klien.
Prognosis adalah langkah untuk
membuat prediksi tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada diri
klien berdasarkan keadaan klien saat ini. Didalam studi kasus ini, klien kurang
berkonsentrasi dalam belajar maka kemungkinan ia akan memperoleh nilai-nilai
rendah atau dibawah rata-rata. Oleh karena itu, praktikan berusaha, membantu
klien untuk menyadari kemungkinan-kemungkinan yang dialami bilamana keadaan ini
terus dibiarkan dan tidak segera diatasi.
Teratmen adalah usaha pemberian
bantuan yang diberikan pada klien untuk memecahkan masalahnya. Adanya rencana
yang tidak terlaksana pada studi kasus ini memungkinkan sebagai salah satu
faktor ketidak berhasilan studi ksus ini. Dari usaha bantuan yang direncanakan
ada tiga bantuan yang terlaksana dan satu bantuan yang tidak terlaksana oleh
praktikan. Jika usaha ini dapat dilaksanakan maka keberhasilan studi kasus ini
akan lebih baik, selain itu adanya proses perencanaan pemberian bantuan oleh praktikan
tidak semuanya dapat dilaksanakan, hal ini disebabkan karena keterbatasan
kmampuan yang dimiliki praktikan. Hasil pemberian bantuan yang praktikan
berikan kepada klien cukup optimal, terutama mengubah tingkah laku klien tebih
terencana. Namun hasil yang talah dicapai masih memerlukan tindak lanjut baik
dari orang tua, teman dan guru serta konselor. Menurut Ramli (1996:15),
bilamana semua upaya telah dilaksanakan untuk membantu klien memecahkan masalah
yang dihadapinya masih belum berhasil maka cara terakhir yang dapat ditempuh
adalah membantu klien agar dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang
sangat tidak dikehendaki, dengan keyakinan bahwa dibalik kenyataan tersebut ada
hikmahnya. Dengan cara demikian diharapkan penderitaan klien sedikit demi sedikit
dapat berkurang.
Untuk menjalin hubungan yang lebih
akrab antara praktikan dengan klien dan mempertajam pemahaman diri klien, maka
salah satu bantuan yang telah dilaksanakan dan diberikan oleh praktikan adalah
konseling individual. Konseling sendiri merupakan uapaya bantuan kepada klien
secara “face to face” dengan teknik wawancara agar terjadi perubahan prilaku
pada diri klien (Rosjidan, 1994:5). Faktor-faktor yang dapat memperlancar
selama proses konseling diantaranya klien merupakan siswa binaan praktikan,
klien adalah anak yang sangat terbuka pada praktikan, sehingga omunikasi yang
terjali antara klien dan praktikan tidak terkesan kaku.
Follow up adalah tahap untuk
memantau dan mengetahui tingkat keberhasilan ari bantuan yang telah diberikan
pada klien serta langkah selanjutnya yang akan diambil etelah pemberian
bantuan. Menurut Ramli (1996:16), jika tidak berhasil memberikan bantuan kepada
klien maka keberhasilan tersebut perlu diidentifikasi pnyebab ketidak
berhasilannya den kemudian ditentukan bantuan yang lebih tepat sehingga klien
dapat berkembang secara optimal baik dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
praktikan memiliki kesulitan dalam mencari waktu luang untuk melakukan kegiatan
follow up ini. Hal ini disebabkan karena waktu praktik praktikan terbatas.dari
pelaksanaan bantuan ini, banyak pengalaman yang dapat diambil sebagai pelajaran
bagi praktikan antara lain, praktikan dapat mengevaluasi kemampuan praktikan
dalam menyerap ilmu dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Sedangkan hambatan
yang dihadapi akan praktikan jadikan sebangai pelajaran untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian praktikan.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil dan bahasan yang telah
diuraikan diawal dapat ditarik beberapa kesimpulan yang nantinya dapat
memperkaya untuk pelaksanaan kegiatan studi kasus selanjutnya. Kesimpulan yang
dapat diambil dari laporan studi kasus ini adalah:
1. Studi kasus
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendukung dalam bimbingan konseling yang
harus dikuasai oleh praktikan untuk menyelesaikan masalah siswa. Dalam studi
kasus diharapkan praktikan mampu menyelesaikan masalah yang kompleks yang tidak
selesai hanya dengan konseling saja. Ancangan yang praktikan gunakan adalah
ancangan klinis model trait and factor. Pendekatan ini digunakan karena sesuai
dengan kondisi klien dengan latar belakang masalahnya. Studi kasus yang
praktikan laksanakan melalui beberapa tahap yaitu analisis data, sintesis, diagnosis,
(identifikasi masalah dan etiologi), prognosis, treatment (pemberian bantuan)
dan follow up (usaha tindak lanjut).
2. Dalam
laporan studi kasus ini, maalah yang dihadapi klien adalah masalah belajar.
Klien banyak mengikuti remidi dan hal ini diketahui oleh ibu klien dan membuta
ibu klien kecewa serta menganggap hal ini dikarenakan klien sibuk berpacaran,
ibu klien menyuruh klien untuk memutuskan hubungannya denga pacarnya, dan hal
ini dilakukan oleh klien karena klien tidak ingin ibunya kecewa lagi yang
nantinya akan berdampak tidak baik untuk klien. setelah klien memutuskan
hubungnnya dengan pacarnya klien mersa bersalah pada pacarnya dan merasa bahwa
pacarnya beserta teman-temannya memungsui klien, hal ini membuat klien menjadi
malas untuk berangkat kesekolah, dan mengganggu konsentrasi klien dalam belajar
di sekolah.
3. Dalam
pelaksanaan seluruh kegiatan studi kasus ini, kegiatan usaha pemberian bantuan
yang telah terlaksana adalah berupa bantuan konseling individual, konseling
kelompok, dan pemberian layanan informasi tentang bagaimana belajar yang
efektif. Sesang pemberian bantuan yang tidak terlaksana adalah home visit.
4. Dalam
pelaksanaan selama kegiatan studi kasus ini, praktikan merasa ada beberapa
hambatan yang dialami selama pelaksanaan studi kasus ini, antara lain:
praktikan sulit mnentukan waktu untuk konseling mengingat kegiatan sekolah
siswa begitu padat dan praktikan khawatir waktu konseling mengganggu waktu
belajar klien. selain itu juga kerja sama dengan konselr, wali kelas, dan guru
mata pelajaran dirasa praktikan kurang terjalin.
5. Hasil yang
dapat dicapai dari usaha pemberian bantuan ini yaitu klien mulai menampakkan
perubaghan prilaku walaupun hal ini dilakukan klien secara bertahap, perubahan
positif ini sudah mulai mnunjukkan keberhasilan praktikan dalam membantu klien
menyekesaikan masalahnya.
B.
Saran
Sebagai akhir laporan studi kasus
ini, praktikan menyampaikan beberapa saran antara lain:
1. Bagi
praktikan.
a.
Diharapkan
dapat menjalin hubungan dengan guru bidang studi, wali kelas, agar lebih dapat
meningkatkan kerjasama untuk memperhatikan, memahami masalah-masalah yang
sedang dihadapi siswa.
b. Penerimaan,
empati, dan hubngan baik dengan klin sangat dibutuhkan dalam proses konseling.
c.
Praktikan
hendaknya bersikap netral dalam menanggapi masalah yang diceritakan oleh klien.
2. Bagi
pengembangan ilmu.
Laporan studi kasus hendaklah bisa
menjadi sarana bagi seluruh pihak khususnya yang berada dalam ruang lingkup
bimbingan dan konseling untuk belajar mmahami setiap individu dan
lingkungannya, terutama individu yang bermasalah dan membutuhkan bantuan, sehingga
ilmu yang diperoleh menjadi lebih berkembang dan memperkaya pengetahuan akan
keberadaan bimbingan dan konseling.
DAFTAR
RUJUKAN
Rosjidan. 1994. Modul Pendekatan
Modern Dalam Konseling. Malang: PBB
FIP IKIP Malang
Fauzan, Lutfi dan Bisri, Moh. 1994. Modul
4: Konseling Trait And Factor. Malang: IKIP Malang.
Ramli, M. 1996. Konseling Trait
And Factor. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Universitas Negeri Malang. 2006. Petunjuk
Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Studi Bimbingan Dan Koneling.
Malang: UPT Program Pengalaman Lapangan.
Hidayah, Nur. 1998. Pemahaman
Individu: Teknik Non Tes. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Hayinah. 1992. Masalah Belajar
dan Bimbingan. Malang: IKIP Malang
Surya, Moh.& Natawidjaja,
Rochman.1986. Pengaturan Bimbingan Dan Penyuluhan. Jakarta: Depdikbud,
Universitas Terbuka.
Widada dan Hayinah.1991. Layanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Malang: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Romlah, Tatiek. 2001. Teori Dan
Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar